Jumat, 10 Juli 2009

TIK Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia

Teknologi informasi didefinisikan sebagai teknologi pengolahan dan penyebaran data menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), komputer, komunikasi, dan elektronik digital. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan–perubahan yang mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, trasportasi, kesehatan dan penelitian.Membicarakan implikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran di sekolah tidak lepas dari berbagai unsur yang saling terkait satu sama lain, yaitu; 1) sarana, prasarana, dan perangkat yang tersedia; 2) tingkat penguasaan guru dalam peranan TIK dalam pembelajaran; 3) kebijakan pimpinan dalam mendukung peranan TIK dalam pembelajaran; 4) pendidikan dan pelatihan para guru; dan 5) kendala-kendala guru dalam penggunaan TIK. Kelima unsur yang terkait ini diuraikan per bagian dengan maksud nantinya diperoleh penjelasan, dan pada akhirnya diharapkan diperoleh pemahaman yang benar.

1. Sarana dan prasarana, fasilitas, dan perangkat pendukung pemanfaatan TIK.Beberapa sekolah kini telah memiliki laboratorium komputer dan internet, khususnya sekolah-sekolah yang berlokasi di kota atau tidak jauh dari perkotaan lebih lengkap fasilitasnya dibandingkan dengan sekolah yang berlokasi di pedesaan. Namun dalam pemanfaatan TIK antara sekolah yang satu dengan yang lain tingkatannya sangat beragam, mulai dari yang sederhana sampai ada yang sudah optimal. Contoh konkrit seperti pada sekolah-sekolah, dimana fasilitas komputer dan internet telah ada sejak tahun 2006 dan sudah melaksanakan praktek TIK bagi guru dan siswanya, namun pemanfaatan TIK bagi siswa masih sebatas pada mata pelajaran TIK, dan guru belum memanfaatan TIK dalam proses pengajaran mata pelajaran yang lain.
2. Penguasaan pemakaian oleh guru dalam peranan TIK dalam pembelajaran.Guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan, sebab di tengah pembelajaran interaktif juga melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun. Guru kini banyak yang tidak fasih menggunakan komputer, apalagi internet. Para guru menggunakan komputer sekedar untuk mengetik dengan MS Word itupun tidak paham semua fasilitas di program itu, apalagi mendengar Email, browsing web, dan lainnya.
3. Kebijakan upaya pimpinan dalam mendukung peranan TIK.Kadang sebuah penghargaan maupun sertifikat bukan merupakan tujuan yang akan dicapai oleh sebuah lembaga sekolah, tetapi penghargaan maupun sertifikasi yang diterima dapat menjadi pendorong atau motivasi dalam pemanfaatan TIK oleh para guru, disamping sebagai kebanggaan akan identitas sebuah sekolah yang mempunyai keunggulan dalam berkompetitif di dunia pendidikan. Beberapa institusi atau lembaga baik provit maupun non provit dirasa perlu memberikan berbagai penghargaan untuk mendorong dan memacu sekolah untuk terus mengembangkan potensinya, khususnya dalam hal pemanfaatan TIK. Terlebih dalam era informasi ini, tanpa adanya kemauan untuk mengerti, menggunakan, dan mengakses bidang yang relevan dengan keilmuannya maka fungsi guru sebagai fasilitator perkembangan ilmu akan tereduksi yang lama-lama bisa jadi hilang, sehingga yang ada hanyalah guru yang miskin informasi.Kepala sekolah yang mempunyai komitmen terhadap kemajuan sekolahnya pasti melakukan langkah-langkah konkrit memajukan guru dalam pemanfaatan TIK. Kepala sekolah dalam menerapkan dan menyambut serbuan beragam teknologi informasi, adalah dengan membekali para guru dengan kursus komputer dan internet, tidak hanya guru yang mengajar di laboratorium komputer saja yang harus mengerti perangkat tersebut, tetapi guru-guru bidang lain harus mengikuti.
4. Pendidikan, Pelatihan, Praktek dalam Peranan TIKKebutuhan akan kemampuan para guru dalam peranan TIK dalam proses pembelajaran telah di respon sangat positif oleh beberapa sekolah. Kenyataan di lapangan ditemukan bahwa beberapa sekolah telah memberikan pelatihan dan mengirimkan para guru mengikuti pelatihan komputer dan internet. Ini dilakukan oleh pimpinan sekolah dengan maksud agar para guru tidak gagap terhadap pemakaian komputer dalam pemanfaatan TIK.Peran lembaga atau institusi di luar sekolah juga sangat diperlukan dalam andilnya dalam memajukan dunia pendidikan dasar dan menengah. Mereka yang peduli telah turut aktif memberikan kemampuan para guru dalam menggunakan komputer maupun internet, seperti pada Jurusan Teknik Informatika FTI-ITS Surabaya telah mengadakan workshop pemrograman bagi 53 guru dari 12 madrasah dari 3 kota di Jatim. Menurut pemprakarsa kegiatan ini, ke depan para guru madrasah di Jatim tidak gagap teknologi lagi, karena mereka telah dilatih untuk mengaplikasikan piranti lunak (software) pembelajaran berbasis multimedia yang diharapkan dapat membantu mengembangkan pola pembelajaran bagi siswanya.

5. Kendala Guru Dalam Penggunaan dan Peranan TIK dalam pembelajaran.Beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pemanfaatan TIK adalah adanya kendala internal, seperti kesibukan jam mengajar di berbagai tempat, maupun kendala eksternal seperti ketersediaan akses internet dan waktu pelatihan sendiri.Masih ada guru yang beranggapan tidak menggunakan komputer dan TIK dalam proses pembelajaran bukan hal mengganggu jalannya pelajaran, karena guru merasa tidak mendapatkan fasilitas komputer saat mengajar. Di sini bisa disimpulkan bahwa guru-guru sekarang perlu mengikuti pelatihan dalam penguasaan TIK, terutama guru yang tua minimal bisa menguasai komputer dan TIK atau lebih, sedangkan guru yang yunior harus bisa mengusai TIK. 

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS TIK



Indonesia sebagai negara berpopulasi tertinggi ke-4 tentunya memiliki tantangan yang nyaris yang sama dengan negara China dan India. Problem kesehatan dan pendidikan selalu dijadikan parameter untuk mengukur kesejahteraan rakyat di suatu Negara. Indonesia dengan populasi 247 juta dimana diantaranya terdapat 51 juta siswa dan 2,7 juta guru di lebih dari 293.000 sekolah, serta 300.000 dosen di lebih dari 2.700 perguruan tinggi yang tersebar di 17.508 pulau, 33 provinsi, 461 kabupaten/kota, 5.263 Kecamatan, dan 62.806 desa. Tentunya juga memiliki tantangan khusus di bidang pendidikan.


Beberapa tantangan diantaranya adalah: masih banyaknya anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun: angka partisipasi anak berusia sekolah 7-12 tahun untuk bersekolah masih dibawah 80% (APK SMP 85,22 dan APK SMA 52,2). Tantangan berikutnya adalah (1) tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah (sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki saluran telepon, apalagi koneksi internet): Kota vs Desa/Daerah Terpencil/Daerah Perbatasan, Indonesia Barat vs Indonesia Timur. (2) Tidak seragamnya dan masih rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditandai dengan tingkat kelulusan UN yang masih rendah, demikian pula nilai UN yang diperoleh siswa. (3) Rendahnya kualitas kompetensi tenaga pengajar, dimana dari jumlah guru yang ada 2.692.217, ternyata yang memenuhi persyaratan (tersertifikasi) hanya 727.381 orang atau baru 27% dari total jumlah guru di Indonesia. Dan yang tidak kalah penting adalah (4) rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah yang telah memiliki fasilitas TIK (utilitas rendah), disisi lain tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK yang memadai.
Pada kesempatan ini pula perlu sama-sama kita luruskan kembali bahwa TIK bukan hanya komputer dan internetnya, TIK juga melingkupi media informasi seperti radio dan televisi serta media komunikasi seperti telepon maupun telepon seluler dengan SMS, MMS, Music Player, Video Player, Kamera Foto Digital, dan Kamera Video Digital-nya serta e-Book Reader-nya. Jadi banyak media alternatif yang dapat dipilih oleh pengajar untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan. TIK yang termanfaatkan dengan baik dan tepat di dalam pendidikan akan: memperluas kesempatan belajar, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas belajar, meningkatkan kualitas mengajar, memfasilitasi pembentukan keterampilan, mendorong belajar sepanjang hayat berkelanjutan, meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, serta mengurangi kesenjangan digital.

Pemanfaatan TIK
Menurut pemanfaatannya, TIK di dalam pendidikan dapat dikategorisasikan menjadi 4 (empat) kelompok manfaat.

 

  * Pertama, TIK sebagai Gudang Ilmu Pengetahuan, di kelompok ini TIK dimanfaatkan sebagai sebagai Referensi Ilmu Pengetahuan Terkini, Manajemen Pengetahuan, Jaringan Pakar Beragam Bidang Ilmu, Jaringan Antar Institusi Pendidikan, Pusat Pengembangan Materi Ajar, Wahana Pengembangan Kurikulum, dan Komunitas Perbandingan Standar Kompetensi.
  * Kedua, TIK sebagai Alat bantu Pembelajaran, di dalam kelompok ini sekurang-kurangnya ada 3 fungsi TIK yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses belajar-mengajar, yaitu (1) TIK sebagai alat bantu guru yang meliputi: Animasi Peristiwa, Alat Uji Siswa, Sumber Referensi Ajar, Evaluasi Kinerja Siswa, Simulasi Kasus, Alat Peraga Visual, dan Media Komunikasi Antar Guru. Kemudian (2) TIK sebagai Alat Bantu Interaksi Guru-Siswa yang meliputi: Komunikasi Guru-Siswa, Kolaborasi Kelompok Studi, dan Manajemen Kelas Terpadu. Sedangkan (3) TIK sebagai Alat Bantu Siswa meliputi: Buku Interaktif , Belajar Mandiri, Latihan Soal, Media Illustrasi, Simulasi Pelajaran, Alat Karya Siswa, dan media Komunikasi Antar Siswa.
  * Ketiga, TIK sebagai Fasilitas Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK dapat dimanfaatkan sebagai: Perpustakaan Elektronik, Kelas Virtual, Aplikasi Multimedia, Kelas Teater Multimedia, Kelas Jarak Jauh, Papan Elektronik Sekolah, Alat Ajar Multi-Intelejensia, Pojok Internet, dan Komunikasi Kolaborasi Kooperasi (Intranet Sekolah). dan
  * Keempat, TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran, di dalam kelompok ini TIK kita temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran - baik dalam skala menengah maupun luas - yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi).

Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan TIK untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.

Peran Guru & Siswa
Di dalam proses belajar-mengajar tentunya ada subjek dan objek yang berperan secara aktif, dinamik dan interaktif di dalam ruang belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru & Siswa sama-sama dituntut untuk membuat suasana belajar dan proses transfer of knowledge-nya berjalan menyenangkan serta tidak membosankan. Oleh karena itu penataan peran Guru & Siswa di dalam kelas yang mengintegrasikan TIK di dalam pembelajaran perlu dipahami dan dimainkan dengan sebaik-baiknya.
Kini di era pendidikan berbasis TIK, peran Guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi Siswa. Karenanya Guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran Guru sebagaimana dimaksud, maka peran Siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain Siswa juga dapat belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.
Untuk mendukung proses integrasi TIK di dalam pembelajaran, maka Manajemen Sekolah, Guru dan Siswa harus memahami 9 (sembilan) prinsip integrasi TIK dalam pembelajaran yang terdiri atas prinsip-prinsip:

  1. Aktif: memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar yang menarik dan bermakna.
  2. Konstruktif: memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
  3. Kolaboratif: memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
  4. Antusiastik: memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  5. Dialogis: memungkinkan proses belajar secara inherent merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar sekolah.
  6. Kontekstual: memungkinkan situasi belajar diarahkan pada proses belajar yang bermakna (real-world) melalui pendekatan "problem-based atau case-based learning"
  7. Reflektif: memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar itu sendiri. 

Kamis, 09 Juli 2009

salam dan bahagia perkenalkan saya mahasiswa ust jurusan PBSID berikut data diri saya:
Nama :Novi Triwahyuni
Hobi :voly, mancing dan olah raga
Minat :ingin menjadi seorang penulis dan menjadi seorang guru yang baik
Agama : islam
saya kuliah di UST karena menurut saya UST merupakan kampus yang sederhana namun di balik itu semua dapat melahirkan generasi-generasi yang berkualitas
demikian data diri saya terimakasih salam dan bahagia...

kepergianmu


Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku

Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi

Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas





Kepada Jaranireng: Aku dan Tulisanku

Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....






Tanpa Judul


Maaf saya tidak dapat menemukan judul yang tepat
untuk untaian kalimat yang hendak saya tulis
hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar seperti kemarin ....
getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin

Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel

Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
the object of my affection telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi yang semakin kabur





Kepada Seorang Ayah yang berbahagia,



Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang
kepada buah hatimu
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini
seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu
coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah
merasuki tulang-tulang tuamu.

Adakah aku akan melihat orang tuaku
sebahagia lantunan nyanyian hatimu
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
aku merenung menggores bayangan butiran air matamu
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan
aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku
yang tak sanggup menahan keharuan
menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu



Pembelajaran Bahasa Indonesia Harus Bermakna

Sistem pembelajaran bahasa Indonesia pada dunia pendidikan mendapat sorotan dari Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dr Dendy Sugono. Ia menilai, sistem dan model pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah belum mencerminkan peran dan fungsi bahasa yang sesungguhnya. Pasalnya, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia hanya berkutat pada pembuatan kalimat, imbuhan, dan bacaan.
"Fungsi bahasa sebagai alat bernalar, alat berkomunikasi dan alat berekspresi. Jika pemebelajaran bahasa Indonesia hanya mengejar kelulusan UN, maka keilmuan dari bahasa itu akan terabaikan," ujar Dr Dendy Sugono saat membawakan sambutan pada pengresmian Kantor Bahasa Sultra, Jumat (13/6).
Dikatakan, guru mengalami kendala dalam pengajaran bahasa maupun sastra. Kami menawarkan sistem pembelajaran bahasa Indonesia yang ideal agar esensi pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Sistem pembelajaran bahasa Indonesia harusnya mengajarkan tentang penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan berekspresi rana-rana pembelajaran bahasa Indonesia sebagaiman mestinya.
"Peran bahasa Indonesia juga telah dikukuhkan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah suatu pembentukan kepribadian dan pengembangan kecerdasan, emosional, dan intelektual anak-anak bangsa," terangnya.
Pengembangan bahasa kebangsaan menjadi kunci sukses pengukuhan dan pemantapan peran bahasa agar sumber daya manusia Indonesia memiliki jati diri keindonesiaan. Tanpa percepatan pengembangan kosakata, bahasa Indonesia akan tergusur dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris.
Selain itu, pengembangan kosakata dapat dilakukan melalui penggalian budaya daerah di Sultra. Penelitian budaya dan bahasa daerah dapat mengimbangi laju perkembangan kosakata bahasa asing. Dalam pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia, para penuturnya diharapkan dapat menempatkan peran dan fungsi bahasa baik bahasa Indonesia, daerah dan asing sesuai tempatnya. Tidak mencampuradukkan ketiganya sehingga terkesan bahasa Indonesia belum punya kerangka pikir yang jelas.
Posisi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Posisi bahasa Indonesia berada dalam dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara nonresmi, santai, dan bebas. Yang dipentingkan dalam pergaulan dan perhubungan antarwarga adalah makna yang disampaikan. Pemakai bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat dengan bebas menggunakan ujarannya baik lisan, tulis, maupun lewat kinesiknya. Kebebasan penggunaan ujaran itu juga ditentukan oleh konteks pembicaraan. Manakala bahasa Indonesia digunakan di bus antarkota, ragam yang digunakan adalah ragam bus kota yang cenderung singkat, cepat, dan bernada keras.

Tugas kedua adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara berarti bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Dengan begitu, bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk akal. Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian. Dari dua tugas itu, posisi bahasa Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama bagi pembelajar bahasa Indonesia.

Dua tugas di atas tentunya akan memberikan dampak bagi pembelajar bahasa Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kaidah bahasa Indonesia. Di satu sisi, siswa harus belajar bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah. Di sisi lain, siswa menghadapi masyarakat yang berbahasa Indonesia secara bebas karena fungsi bahasa pergaulan. Siswa yang masih belajar itu tentunya berada di dua tarikan yang kalah kuat. Tarikan masyarakat lebih kuat dibandingkan oleh tarikan dari bangku sekolah. Apalagi, pembelajaran bahasa Indonesia tidak disajikan dengan menarik. Sebaliknya, bahasa Indonesia disajikan dengan membosankan, jenuh, dan berputar-putar.

Bermula dari kasus di ataslah, akhirnya banyak orang yang menganggap bahwa (a) yang penting isinya dipahami bukan benar tidaknya, (b) buat apa belajar bahasa Indonesia karena tanpa belajar pun semua orang Indonesia dapat berbahasa Indonesia, (c) bahasa Indonesia sangat sulit, dan (d) bahasa Inggris lebih bergengsi daripada bahasa Indonesia. Anggapan itu akhirnya sampai ke siswa. Siswa menjadi ogah-ogahan dalam belajar bahasa Indonesia. Banyak di antara siswa yang terpaksa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia.

Begitu pula dengan pembelajaran bahasa Indonesia, proses pemebelajarannya harus bertumpu ke siswa sebagai subjek belajar. Materi pembelajaran BI terintegrasi dengan penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini. Pembelajaran diarahkan ke pemakaian sehari-hari baik lisan maupun tulis dalam konteks bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia tersebut di antaranya melalui wacana tulis dan lisan. Wacana tulis berkembang melalui buku pengetahuan, surat kabar, iklan, persuratan, dan lainnya. Sedangkan wacana lisan terkembang melalui percakapan sehari-hari, radio, televisi, pidato, lobi, dan sebagainya. Dengan begitu, siswa pembelajar bahasa Indonesia dapat mengikuti zamannya.

Yang belajar dalam kelas adalah siswa bukan guru. Siswa hendaklah diarahkan ke pengembangan potensi diri sendiri. Bukankah siswa hidup di zaman ini? Artinya, segala masalah kebahasaan yang perlu dimainkan di sekolah haruslah juga sesuai dengan zamannya. Kata, kalimat, paragraf, bahkan tulisan harus bernuansa kekinian. Sumber kebahasaan yang digunakan oleh guru juga harus mengacu ke minat dan harapan siswa. Dengan begitu, siswa dapat tertarik dengan pemebelajaran bahasa Indonesia.

Siswa Indonesia memang sudah semestinya dapat berpikir, berkreasi, dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara lugas, langsung, dan lancar. Dengan begitu, suatu saat akan dihasilkan karya-karya besar dari orang Indonesia dengan bahasa yang mantap. Hal itu tentunya harus menjadi obsesi guru bahasa Indonesia.

Saat ini, bahasa Indonesia mengalami perkembangan puncak. Hampir 40 negara membuka program studi bahasa Indonesia di wilayahnya. Tahun ini (2001), Usbekhistan menawari warga Indonesia yang berkemampuan di bidang bahasa Indonesia untuk menjadi pengelola program studi bahasa Indonesia di negara itu. Australia bagian utara telah memasukkan bahasa Indonesia di kurikulum sekolah sebagai bahasa kedua. Di Jepang, banyak kursus-kursus bahasa Indonesia yang di buka di kota-kota besarnya. Bahkan, tiap tahun, UI, UGM, Unpad, UNM, Unesa, dan perguruan tinggi lainnya membuka kelas bahasa Indonesia untuk orang asing yang tinggal di Indonesia maupun yang sengaja datang untuk kursus. Di sisi lain, banyak kamus bahasa Indonesia diterbitkan oleh negara lain.

Banyak pula warga Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, banyak anak-anak yang sudah tidak tahu bahasa daerah karena komunikasi di keluarga menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu sangat menguntungkan bagi guru bahasa Indonesia. Meskipun, di sisi lain, bahasa daerah mengalami keterpurukan. Peran guru amatlah menentukan dalam mengajarkan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia dan pembelajarannya.

Begitu juga, bahasa Indonesia semestinya menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswanya. Kemenarikan itu pada akhirnya membawa siswa ke tingkat komunikasi yang lancar. Komunikasi yang didasari oleh minat yang kuat dari siswa. Guru berperan besar dalam hal itu. Peran tersebut didasari oleh kekuatan konsep dan kekuatan mengembangkan strategi pembelajarannya.

Konsep pembelajaran bahasa Indonesia di masa lalu cenderung menggunakan pendekatan struktural dengan pokok bahasan yang menekankan bunyi, kosakata, dan kalimat. Akibat yang muncul menurut antara lain (1) guru lebih menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada keterampilan berbahasa; (2) bahan pelajaran tidak relevan dengan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi; (3) struktur bahasa dibahas secara lepas; (4) evaluasi banyak menekankan aspek kognitif; dan (5) PBM (Proses Belajar Mengajar) lebih didominasi guru daripada berpusat pada siswa.
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang
studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara
lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan
merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:
1. peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil
karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2. guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa
peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta
didiknya;
4. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program
kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
5. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan
sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;
6. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan
sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
B. Tujuan
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa negara
232
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis.
Pada akhir pendidikan di SMP/MTs, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya
15 buku sastra dan nonsastra.
233
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kelas VII, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1. Memahami wacana lisan
melalui kegiatan
mendengarkan berita
1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam
beberapa kalimat
1.2 Menuliskan kembali berita yang dibacakan
ke dalam beberapa kalimat
Berbicara
2. Mengungkapkan
pengalaman dan
informasi melalui
kegiatan bercerita dan
menyampaikan
pengumuman
2.1 Menceritakan pengalaman yang paling
mengesankan dengan menggunakan pilihan kata
dan kalimat efektif
2.2 Menyampaikan pengumuman dengan intonasi
yang tepat serta menggunakan kalimat-kalimat
yang lugas dan sederhana
Membaca
3. Memahami ragam teks
nonsastra dengan
berbagai cara membaca
3.1 Menemukan makna kata tertentu dalam kamus
secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks
yang diinginkan melalui kegiatan membaca
memindai
3.2 Menyimpulkan isi bacaan setelah membaca
cepat 200 kata per menit
3.3 Membacakan berbagai teks perangkat upacara
dengan intonasi yang tepat
Menulis
4. Mengungkapkan pikiran
dan pengalaman dalam
buku harian dan surat
pribadi
4.1 Menulis buku harian atau pengalaman pribadi
dengan memperhatikan cara pengungkapan dan
bahasa yang baik dan benar
4.2 Menulis surat pribadi dengan memperhatikan
komposisi, isi, dan bahasa
4.3 Menulis teks pengumuman dengan bahasa yang
efektif, baik dan benar
234
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
5. Mengapresiasi dongeng
yang diperdengarkan
5.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng
yang diperdengarkan
5.2 Menunjukkan relevansi isi dongeng dengan
situasi sekarang
Berbicara
6. Mengeskpresikan
pikiran dan perasaan
melalui kegiatan
bercerita
6.1 Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan mimik yang tepat
6.2 Bercerita dengan alat peraga
Membaca
7. Memahami isi berbagai
teks bacaan sastra
dengan membaca
7.1 Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca
7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca
Menulis
8. Mengekspresikan
pikiran, perasaan, dan
pengalaman melalui
pantun dan dongeng
8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat
pantun
8.2 Menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng
yang pernah dibaca atau didengar
235
Kelas VII, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
9. Memahami wacana lisan
melalui kegiatan
wawancara
9.1 Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan
seorang tokoh/narasumber yang disampaikan
dalam wawancara
9.2 Menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang
dikemukakan narasumber dalam wawancara
Berbicara
10. Mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi, dan
pengalaman melalui
kegiatan menanggapi
cerita dan bertelepon
10.1 Menceritakan tokoh idola dengan
mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh,
serta alasan mengidolakannya dengan pilihan
kata yang sesuai
10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan
bahasa yang santun
Membaca
11. Memahami wacana tulis
melalui kegiatan
membaca intensif dan
membaca memindai
11.1 Mengungkapkan hal-hal yang dapat diteladani
dari buku biografi yang dibaca secara intensif
11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang
dibaca
11.3 Menemukan informasi secara cepat dari
tabel/diagram yang dibaca
Menulis
12. Mengungkapkan
berbagai informasi
dalam bentuk narasi dan
pesan singkat
12.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi
dengan memperhatikan cara penulisan kalimat
langsung dan tak langsung
12.2 Menulis pesan singkat sesuai dengan isi dengan
menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang
santun
236
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
13. Memahami pembacaan
puisi
13.1 Menanggapi cara pembacaan puisi
13.2 Merefleksi isi puisi yang dibacakan
Berbicara
14. Mengungkapkan
tanggapan terhadap
pembacaan cerpen
14.1 Menanggapi cara pembacaan cerpen
14.2 Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen
(cerita pendek) dengan realitas sosial
Membaca
15. Memahami wacana
sastra melalui kegiatan
membaca puisi dan buku
cerita anak
15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan
irama, volume suara, mimik, kinesik yang sesuai
dengan isi puisi
15.2 Menemukan realitas kehidupan anak yang
terefleksi dalam buku cerita anak baik asli
maupun terjemahan
Menulis
16. Mengungkapkan
keindahan alam dan
pengalaman melalui
kegiatan menulis kreatif
puisi
16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan
keindahan alam
16.2 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan
peristiwa yang pernah dialami
237
Kelas VIII, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1. Memahami wacana lisan
berbentuk laporan
1.1 Menganalisis laporan
1.2 Menanggapi isi laporan
Berbicara
2. Mengungkap berbagai
informasi melalui
wawancara dan
presentasi laporan
2.1 Berwawancara dengan narasumber dari berbagai
kalangan dengan memperhatikan etika
berwawancara
2.2 Menyampaikan laporan secara lisan dengan
bahasa yang baik dan benar
Membaca
3. Memahami ragam
wacana tulis dengan
membaca memindai,
membaca cepat
3.1 Menemukan informasi secara cepat dan tepat
dari ensiklopedi/buku telepon dengan membaca
memindai
3.2 Menemukan tempat atau arah dalam konteks
yang sebenarnya sesuai dengan yang tertera
pada denah
3.3 Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca
cepat 250 kata per menit
Menulis
4. Mengungkapkan
informasi dalam bentuk
laporan, surat dinas, dan
petunjuk
4.1 Menulis laporan dengan menggunakan bahasa
yang baik dan benar
4.2 Menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan
sekolah dengan sistematika yang tepat dan
bahasa baku
4.3 Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan
urutan yang tepat dan menggunakan bahasa
yang efektif
238
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
5. Mengapresiasi
pementasan drama
5.1 Menanggapi unsur pementasan drama
5.2 Mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan
drama
Berbicara
6. Mengungkapkan pikiran
dan perasaan dengan
bermain peran
6.1 Bermain peran sesuai dengan naskah yang
ditulis siswa
6.2 Bermain peran dengan cara improvisasi sesuai
dengan kerangka naskah yang ditulis siswa
Membaca
7. Memahami teks drama
dan novel remaja
7.1 Mengidentifikasi unsur intrinsik teks drama
7.2 Membuat sinopsis novel remaja Indonesia
Menulis
8. Mengungkapkan
pikiran dan perasaan
melalui kegiatan
menulis kreatif naskah
drama
8.1 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan
memperhatikan keaslian ide
8.2 Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan
memperhatikan kaidah penulisan naskah drama
239
Kelas VIII, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
9. Memahami isi berita
dari radio/televisi
9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di
mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang
didengar dan atau ditonton melalui
radio/televisi
9.2 Mengemukakan kembali berita yang didengar/
ditonton melalui radio/televisi
Berbicara
10. Mengemukakan
pikiran, persaan, dan
informasi melalui
kegiatan diskusi dan
protokoler
10.1 Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan
penolakan pendapat dalam diskusi disertai
dengan bukti atau alasan
10.2 Membawakan acara dengan bahasa yang baik
dan benar, serta santun
Membaca
11. Memahami ragam
wacana tulis dengan
membaca ekstensif,
membaca intensif, dan
membaca nyaring
11.1 Menemukan masalah utama dari beberapa
berita yang bertopik sama melalui membaca
ekstensif
11.2 Menemukan informasi untuk bahan diskusi
melalui membaca intensif
11.3 Membacakan teks berita dengan intonasi yang
tepat serta artikulasi dan volume suara yang
jelas
Menulis
12. Mengungkapkan
informasi dalam bentuk
rangkuman, teks berita,
slogan/poster
12.1 Menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan
populer
12.2 Menulis teks berita secara singkat, padat, dan
jelas
12.3 Menulis slogan/poster untuk berbagai keperluan
dengan pilihan kata dan kalimat yang bervariasi,
serta persuasif
240
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
13. Memahami unsur
intrinsik novel remaja
(asli atau terjemahan)
yang dibacakan
13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja
(asli atau terjemahan) yang dibacakan
13.2 Menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli
atau terjemahan) yang dibacakan
13.3 Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau
terjemahan) yang dibacakan
Berbicara
14. Mengapresiasi kutipan
novel remaja (asli atau
terjemahan) melalui
kegiatan diskusi
14.1 Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau
terjemahan)
14.2 Menanggapi hal yang menarik dari kutipan
novel remaja (asli atau terjemahan)
Membaca
15. Memahami buku novel
remaja (asli atau
terjemahan) dan antologi
puisi
15.1 Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel
remaja (asli atau terjemahan)
15.2 Mengenali ciri-ciri umum puisi dari buku
antologi puisi
Menulis
16. Mengungkapkan
pikiran, dan perasaan
dalam puisi bebas
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan
pilihan kata yang sesuai
16.2 Menulis puisi bebas dengan memperhatikan
unsur persajakan
241
Kelas IX, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1. Memahami dialog
interaktif pada tayangan
televisi/siaran radio
1.1 Menyimpulkan isi dialog interaktif beberapa
narasumber pada tayangan televisi/siaran radio
1.2 Mengomentari pendapat narasumber dalam
dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran
radio
Berbicara
2. Mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi
dalam bentuk komentar
dan laporan
2.1 Mengkritik/memuji berbagai karya (seni atau
produk) dengan bahasa yang lugas dan santun
2.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa
dengan menggunakan kalimat yang jelas
Membaca
3. Memahami ragam
wacana tulis dengan
membaca intensif dan
membaca memindai
3.1 Membedakan antara fakta dan opini dalam teks
iklan di surat kabar melalui kegiatan membaca
intensif
3.2 Menemukan informasi yang diperlukan secara
cepat dan tepat dari indeks buku melalui
kegiatan membaca memindai
Menulis
4. Mengungkapkan
informasi dalam bentuk
iklan baris, resensi, dan
karangan
4.1 Menulis iklan baris dengan bahasa yang singkat,
padat, dan jelas
4.2 Meresensi buku pengetahuan
4.3 Menyunting karangan dengan berpedoman pada
ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata,
keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan
kebulatan wacana
242
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
5. Memahami wacana
sastra jenis syair
melalui kegiatan
mendengarkan syair
5.1 Menemukan tema dan pesan syair yang
diperdengarkan
5.2 Menganalisis unsur-unsur syair yang
diperdengarkan
Berbicara
6. Mengungkapkan
kembali cerpen dan
puisi dalam bentuk
yang lain
6.1 Menceritakan kembali secara lisan isi cerpen
6.2 Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi
dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi
dan suasana/irama yang dibangun
Membaca
7. Memahami wacana
sastra melalui kegiatan
membaca buku
kumpulan cerita
pendek (cerpen)
7.1 Menemukan tema, latar, penokohan pada
cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan
cerpen
7.2 Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpencerpen
dalam satu buku kumpulan cerpen
Menulis
8. Mengungkapkan
kembali pikiran,
perasaan, dan
pengalaman dalam
cerita pendek
8.1 Menuliskan kembali dengan kalimat sendiri
cerita pendek yang pernah dibaca
8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami
243
Kelas IX, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
9. Memahami isi
pidato/khotbah/ceramah
9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah
yang didengar
9.2 Memberi komentar tentang isi
pidato/ceramah/khotbah
Berbicara
10. Mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
informasi dalam pidato
dan diskusi
10.1 Berpidato/ berceramah/ berkhotbah dengan
intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume
suara yang jelas
10.2 Menerapkan prinsip-prinsip diskusi
Membaca
11. Memahami ragam
wacana tulis dengan
membaca ekstensif,
membaca intensif, dan
membaca cepat
11.1 Menemukan gagasan dari beberapa artikel dan
buku melalui kegiatan membaca ekstensif
11.2 Mengubah sajian grafik, tabel, atau bagan
menjadi uraian melalui kegiatan membaca
intensif
11.3 Menyimpulkan gagasan utama suatu teks
dengan membaca cepat ± 200 kata per menit
Menulis
12. Mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan
informasi dalam bentuk
karya ilmiah sederhana,
teks pidato, surat
pembaca
12.1 Menulis karya ilmiah sederhana dengan
menggunakan berbagai sumber
12.2 Menulis teks pidato/ceramah/ khotbah dengan
sistematika dan bahasa yang efektif
12.3 Menulis surat pembaca tentang lingkungan
sekolah
244
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mendengarkan
13. Memahami wacana
sastra melalui kegiatan
mendengarkan
pembacaan
kutipan/sinopsis novel
13.1 Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan
novel yang dibacakan
13.2 Menjelaskan alur peristiwa dari suatu sinopsis
novel yang dibacakan
Berbicara
14. Mengungkapkan
tanggapan terhadap
pementasan drama
14.1 Membahas pementasan drama yang ditulis
siswa
14.2 Menilai mementasan drama yang dilakukan oleh
siswa
Membaca
15. Memahami novel dari
berbagai angkatan
15.1 Mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang
terdapat dalam buku novel angkatan 20-30 an
15.2 Membandingkan karakteristik novel angkatan
20-30 an
Menulis
16. Menulis naskah drama
16.1 Menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang
sudah dibaca
16.2 Menulis naskah drama berdasarkan peristiwa
nyata
E. Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan
penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.