Kamis, 09 Juli 2009

Pembelajaran Bahasa Indonesia Harus Bermakna

Sistem pembelajaran bahasa Indonesia pada dunia pendidikan mendapat sorotan dari Kepala Pusat Bahasa Depdiknas, Dr Dendy Sugono. Ia menilai, sistem dan model pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah belum mencerminkan peran dan fungsi bahasa yang sesungguhnya. Pasalnya, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia hanya berkutat pada pembuatan kalimat, imbuhan, dan bacaan.
"Fungsi bahasa sebagai alat bernalar, alat berkomunikasi dan alat berekspresi. Jika pemebelajaran bahasa Indonesia hanya mengejar kelulusan UN, maka keilmuan dari bahasa itu akan terabaikan," ujar Dr Dendy Sugono saat membawakan sambutan pada pengresmian Kantor Bahasa Sultra, Jumat (13/6).
Dikatakan, guru mengalami kendala dalam pengajaran bahasa maupun sastra. Kami menawarkan sistem pembelajaran bahasa Indonesia yang ideal agar esensi pembelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Sistem pembelajaran bahasa Indonesia harusnya mengajarkan tentang penggunaan bahasa sebagai alat berpikir dan berekspresi rana-rana pembelajaran bahasa Indonesia sebagaiman mestinya.
"Peran bahasa Indonesia juga telah dikukuhkan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah suatu pembentukan kepribadian dan pengembangan kecerdasan, emosional, dan intelektual anak-anak bangsa," terangnya.
Pengembangan bahasa kebangsaan menjadi kunci sukses pengukuhan dan pemantapan peran bahasa agar sumber daya manusia Indonesia memiliki jati diri keindonesiaan. Tanpa percepatan pengembangan kosakata, bahasa Indonesia akan tergusur dengan bahasa asing seperti bahasa Inggris.
Selain itu, pengembangan kosakata dapat dilakukan melalui penggalian budaya daerah di Sultra. Penelitian budaya dan bahasa daerah dapat mengimbangi laju perkembangan kosakata bahasa asing. Dalam pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia, para penuturnya diharapkan dapat menempatkan peran dan fungsi bahasa baik bahasa Indonesia, daerah dan asing sesuai tempatnya. Tidak mencampuradukkan ketiganya sehingga terkesan bahasa Indonesia belum punya kerangka pikir yang jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar